Inilah Rantai Perdagangan Beras Pedaringan Hingga ke Tangan Konsumen
Mendistribusikan beras ternyata bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak titik dalam jalur distribusi yang mesti dilewati, mulai dari petani hingga sampai konsumen.
Manajer Operasional dan Pemasaran Perumda PAU “Pedaringan” Kota Surakarta, Helmy Yusuf menjelaskan bagaimana alur distribusi beras di Pedaringan. Karena keterbatasan sarana dan pra sarana, Helmy mengatakan harus melibatkan banyak pihak untuk mendapatkan beras kualitas terbaik.
“Kita mencoba mengajak masyarakat atau pengusaha yang memiliki rice mill. Kita juga melibatkan kelompok tani dan gabungan dari kelompok tani. Kita bertukar informasi bagaimana memberi gabah dari petani,” kata Helmy.
Pedaringan sendiri memiliki tim khusus yang diterjunkan untuk memantau hasil panen petani. Dari situlah, mereka memperoleh informasi gabah mana yang layak dibeli.
Gabah yang didapat dari pengepul atau petani kemudian dibeli oleh Pedaringan. Bekerja sama dengan pemilik penggilingan, gabah tersebut lantas diolah menjadi beras. Setelah beras dikemas, Pedaringan langsung mendistribusikan ke pedagang grosir dan masyarakat lingkungan sekitar.
“Kita kerjasama dengan pemilik rice mill. Dalam kontrak perjanjian, pembagian hasilnya yaitu 70: 30. Artinya 70 persen untuk Pedaringan, 30 persen untuk pemilik rice mill,” ungkapnya.
Helmy menambahkan, selama ini mereka mampu menjual beras jenis C4 sebanyak 6-8 ton per minggunya. Meski relatif sedikit, namun itu sudah cukup membanggakan mengingat keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.
Kini, Pedaringan pun masih terus berupaya untuk memperbesar volume penjualan beras. Sejauh ini, langkah yang sudah dilakukan adalah pengadaan mesin pengering gabah. Sayangnya, mesin tersebut kini masih dalam tahap pengerjaan dan uji coba di Solo Technopark.